Kekayaan kewangan hanyalah satu daripada ukuran2 kejayaan.Individu yg benar2 gembira dan berjaya ialah org yg sihat,mempunyai sumber kewangan yg kukuh,mempunyai kerjaya yg mencabar dan melakukan sesuatu yg berbeza dlm hidup.Memberi khidmat kpd org lain tdk selalunya mudah.Dunia ini merupakan suatu tempat yg bahaya dimana org lain begitu cepat menyalah anggap motif anda.Mereka hanya boleh diyakinkan dgn khidmat yg konsisten dan cemerlang yg ditawarkan dgn penuh keghairahan dan kegembiraan.Malah individu yg paling sinis sekalipun akan menerima kesanggupan anda untk berusaha lebih jika anda jujur dlm menawarkan bantuan dan khidmat yang anda sediakan.
- Posted using BlogPress from my iPhone
asy-Syu'araa' ayat 88 & 89 “Hari yang padanya harta benda dan anak-pinak tidak dapat memberikan pertolongan sesuatu apapun, [88] “Kecuali (harta benda dan anak-pinak) orang-orang yang datang mengadap Allah dengan hati yang selamat sejahtera (dari syirik dan penyakit munafik); [89]
Tuesday, November 30, 2010
Wednesday, November 10, 2010
Sebab Ayah Lelaki
Sebab Ayah Lelaki
~ by Zahra Muhammad on Monday, November 1, 2010 at 7:17pm
Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbongkok-bongkok, disertai suara batuk-batuknya.
Anak perempuannya itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut-kerut dan berkedut-keduat. Badan ayah yang kian hari kian membongkok ?" Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang berehat di beranda.
Ayahnya menjawab : "Sebab ayah lelaki." Itulah jawapan ayahnya. Anaknya itu tergamam : "Saya tidak mengerti." Dengan berkerut apabila mendengar jawapan dari ayahnya.
Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak perempuannya itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian ayahnya berkata : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki." Demikian bisik ayahnya, yang membuat anak wanita itu bertambah kebingungan.
Kerana perasaan ingin tahu , kemudian anaknya itu menghampiri Ibunya lalu bertanya kepada Ibunya : "Ibu, mengapa wajah ayah semakin hari semakin berkerut dan berkedut? Dan badannya kian hari kian membongkok? Ayah tidak mengeluhpun dengan keadaannya yang membongkok itu.
Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar bertanggung-jawab terhadap keluarga memang akan jadi begitu ." Hanya itu jawapan si ibu.
Anak perempuannya itupun kemudian mula dewasa, tetapi dia tetap saja kehairanan, mengapa wajah ayahnya yang tadinya tampan menjadi berkerut-kerut dan badannya menjadi bongkok ?
Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu kalimat sebagai jawapan rasa hairannya selama ini.
"Saat Kuciptakan lelaki, aku menjadikannya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tulang belakang dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap hujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan dilindungi."
"Kuciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menyara seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."
"Kuberikan kudrat kepadanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari titis keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak kebuluran, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya."
"Kuberikan keperkasaan dan mental yang teguh yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."
"Kuberikan kesabaran dan ketekunan yang akan membuat dirinya sentiasa berusaha membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya."
"Kuberikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam keadaan dan situasi apapun juga, walaupun anak-anaknya selalu melukakan perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kekuatan apabila dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."
"Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesedaran terhadap anak-anaknya tentang perlunya menuntut ilmu untuk bekalan masa hadapan, walaupun seringkali ditentang bahkan diperlecehkan oleh anak-anaknya."
"Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahawa Isteri yang baik adalah Isteri yang setia terhadap suaminya, Isteri yang baik adalah Isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi."
"Kuberikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahawa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup didalam keluarga sakinah dan badannya yang terbongouk-bongkok agar dapat membuktikan, bahwa sebagai Laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, demi kelangsungan hidup keluarganya."
"Kuberikan kepada lelaki tanggungjawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang belakang, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh lelaki, walaupun sebenarnya tanggungjawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."
Terbangun anak perempuannya itu, dan segera dia berlari, bersuci, berwudhu dan melakukan solat malam hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berzikir, ketika ayahnya berdiri anaknya itu mencium tangan ayahnya.
"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah."
***********************************************************
Sahabatku, masih ada perasaan bencikah di hatimu terhadap ayahmu, yang mungkin kelakuannya yang tidak sesuai dengan keinginan kita?
Sudahkah engkau membandingkan segala kekurangan beliau, dengan segala jasa beliau kepada kita sejak kita masih dalam kandungan ibu?
Terkadang tanpa sedar, masih banyak di antara kita yang kurang bangga terhadap ayah kita, kerana pekerjaan beliau.
Kita merasa malu ketika banyak orang mengetahui orang tua kita hanya orang kampung, yang miskin. Ah… layakkah kita disebut anak yang soleh?
Peluklah ayahmu… dan katakan,"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah… Maafkan diri ini yang selalu menambah bebanmu…”
Subscribe to:
Posts (Atom)